Selasa, 20 Januari 2015

Terlambat Tangani Stroke, Timbulkan Kecacatan

Dokter Retnaningsih, Temukan Ekstrak Ikan Gabus untuk Sembuhkan Stroke 




Semakin meningkatnya jumlah pasien penderita stroke, menggerakkan hati Dr dr Retnaningsih, SpS(K)- KIC melakukan penelitian guna menemukan obat penyembuhnya. Ia pun menemukan ekstrak ikan gabus untuk membantu penyembuhan penderita stroke. Seperti apa? ENY SUSILOWATI, Semarang
SAAT ini, penderita stroke usianya semakin muda. Penyakit ini tak hanya menyebabkan kecacatan, tapi juga menjadi penyebab kematian nomor tiga di dunia. Menurut Dr dr Retnaningsih, SpS(K)- KIC, sesungguhnya penyakit stroke bisa sembuh tanpa pasien harus menderita kecacatan, asalkan ditangani dengan tepat dan tidak terlambat.
”Apabila muncul gejala stroke sebaiknya kurang dari 6 jam pasien harus mendapatkan pertolongan pertama dari rumah sakit,” terang Retnaningsih kepada Radar Semarang. Istri dari dr Muchlis Achsan Udji Sofro,SpPD-KPTI, FINASIM ini menambahkan, selama perjalanan menuju rumah sakit, pasien dapat diberi pertolongan pertama dengan pembebasan jalan napas atau oksigenisasi.
Sayangnya, hingga saat ini kesadaran masyarakat terhadap penanganan stroke sejak dini masih sangat rendah. Sebagian besar pasien penderita stroke yang datang ke rumah sakit, kata dia, sudah dalam keadaan parah. ”Yang kami sesalkan keluarga pasien sering menunda membawa pasien stroke ke rumah sakit, sehingga pasien sulit disembuhkan dan berdampak pada kecacatan,” ungkap wanita yang sudah mengabdi di RSUP dr Kariadi Semarang sejak 12 tahun lalu ini kepada Radar Semarang.
Dijelaskan, ada beberapa ciri penderita stroke yang perlu diwaspadai, yakni face (wajah tidak simetris, mulut mencong), arm (tangan, kaki, anggota badan sulit digerakkan), speech (pelo, tidak lancar bicara), dan timing (harus cepat ditangani). ”Ciri penderita stroke itu disingkat FAST,” kata alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta ini.
Dikatakan, pada stroke iskemik akut, stres oksidatif memainkan peran utama dengan pembentukan radikal bebas. Jaringan otak rentan terhadap stres oksidatif. Pada kondisi inilah pasien memerlukan asupan protein dan sistem antioksidan.
”Ikan gabus merupakan salah satu makanan yang mengandung protein tinggi. Karenanya, saya ingin membuktikan dengan ekstrak ikan gabus pasien stroke bisa pulih dengan cepat,” jelas Kepala Staf Medis Fungsional (SMF) Neurologi RSUP dr Kariadi Semarang ini. Warga Jalan Taman Lamongan V No 5 Semarang ini menjelaskan, penemuan ekstrak ikan gabus untuk mempercepat penyembuhan penderita stroke tersebut diawali dengan penelitian terhadap 42 responden pasien stroke, yang terserang maksimal baru 2 hari.
Dari 42 pasien stroke tersebut, separo atau 21 pasien ditangani dengan terapi ekstrak ikan gabus, sedangkan yang separo tidak. Ekstrak ikan gabus diberikan selama 7 hari berturut- turut sebanyak 15 gram per hari. ”Hasilnya, pasien yang mengonsumsi ekstrak ikan gabus kadar radikal bebasnya turun, antioksidan meningkat, kadar albumin (fungsi untuk memperbaiki sel-sel yang rusak, memperbaiki aliran darah, memperbaiki peradangan, dan lain-lain, Red) juga tinggi. Sehingga lebih mempercepat kesembuhan pasien stroke,” beber alumnus SMP 4 dan SMA 5 Solo ini.
Selain protein, ekstrak ikan gabus juga mengandung albumin, lemak, omega 3, omega 6, omega 9, vitamin A, B1, B2, B6, B12, E, D3, mineral Ca, P, Mg, Zn, serta antibakteri imunoglobulin. Hasil penelitian wanita 52 tahun ini dituangkan dalam disertasinya yang berjudul: Pengaruh Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Status Protein, Antioksidan dan Stres Oksidatif serta Keluaran Klinis Pada Stroke Iskemik Akut.
Hari ini, Retnaningsih mempertahankan disertasinya tersebut di Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK-Undip) untuk mendapatkan gelar doktor. Sedangkan untuk mencegah terus bertambahnya penderita stroke, ibu satu anak ini menganjurkan masyarakat agar lebih peduli mengendalikan berbagai faktor risiko stroke.
Seperti gangguan lemak, kolesterol, obesitas, stres, hipertensi, usia di atas 45 tahun di mana pengerasan pembuluh darah terjadi lebih cepat, dan lain-lain. ”Penderita stroke lebih banyak laki-laki, hal ini dimungkinkan karena laki-laki lebih banyak memiliki faktor pemicu stres,” terang anak pertama dari lima bersaudara ini.

Smber :
http://www.indopos.co.id/2014/02/terlambat-tangani-stroke-timbulkan-kecacatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar